Konservasi Alam, Memangnya Alam membutuhkan??


                Belakangan ini pada masa pemerintahan Pak SBY permasalahan lingkungan ramai dibicarakan, ditambah pula opini dunia melalui UNFCCC tahun 2007 kemarin membuat anak-anak, bapak-ibu, dosen, professor bahkan tukang pisang goreng pun mulai terlibat dalam aksi lingkungan (takut tersaingi dan tidak laku jualannya karena hutan disewa lebih murah daripada harga pisang goreng :I )

                Mulai dari aksi penghijauan, penukaran barang bekas dengan tanaman hias, anti plastic bag campaign, dan yang terbaru ramai para instansi/yayasan membeli lahan untuk dijadikan taman sesuai nama lembaganya. Seberapa besar memang efek dari upaya itu untuk memperbaiki alam? Bagaimana mekanismenya dari upaya itu bisa mencegah global warming? Kenapa harus dilakukan?

Kita coba agak pilosopis dikit yak….

What? How? Why?

Tiga kata kunci untuk mempertanyakan alasan mendasar dari setiap kegiatan dilakukan. Dan kata seorang sahabat, Why itu tingkatan yang paling tinggi. “Jika seseorang telah mampu menjawab kenapa dalam hidupnya maka ia dapat menghadapi apapun dalam hidupnya.”

Nah biar keliatan keren, saya mau buat pendapat dari sisi “kenapa” aja ya….hehe….

Kembali ke kibor…(keyboard)

Rekan semua sebelum kesana coba kita amati beberapa fenomena di beberapa tempat. Di gurun pasir yang panas, suhu dapat mencapai 600C, tidak ada air, awan pun enggan singgah disana apalagi derai lembut hujan pun ragu untuk membelai (edisi melodramatik mode:ON). Sejauh mata memandang hanya pasir, pasir dan pasir. Jika kita berjalan ke salah satu bukit pasir. Lalu keesokan harinya bukit pasir itu bahkan sudah berpindah tempat. Coba sejenak kita perkirakan, makhluk apa yang bisa hidup disana? Manusia kah? Tumbuhan kah? Hewan kah? Manusia hampir bisa dipastikan sulit untuk bertahan hidup disana tanpa bantuan alat. Tapi, tumbuhan dari suku kaktus-kaktus an terkadang bisa ditemukan, hewan kecil seperti serangga bisa ditemukan bersembunyi di bawah hamparan pasir.

Oke, sekarang kita beralih ke daerah yang lebih dekat. Kawah gunung berapi. Disana berbagai jenis gas baik yang beracun atau tidak menyeruak ke langit lepas, panasnya isi perut bumi menggelegak setiap saat. Sudah banyak bukti kalau manusia untuk hidup di dekatnya tidak akan sanggup. Gie (Soe Hok Gie,pen) pun menemui ajalnya karena menghirup gas beracun di Mandalawangi yang tak sewangi namanya. Tapi disana masih dapat kita temui makhluk hidup. Hah!? Masa sih!? Cuma ada batu-batu an aja kok disana, paling juga mbah Maridjan yang di dekat kaki gunung :D. Hehe….sori mbah saya kutip nama mbah. Ya, masih ada, bahkan di mulut kawah sekalipun. Disana masih terdapat bakteri dan mikroba yang masih dapat bertahan bahkan berkembang biak d bawah kondisi seperti itu. Manusia? Mau tarik nafas aja susah, mana sempat berkembang biak :p.

262904yf.jpg

Coba kita lihat lagi, di kedalaman ribuan meter di bawah laut sana. Dimana begitu gelap, dingin, dan tekanan tinggi. Manusia hanya mampu turun ke sana dengan bantuan kendaraan selam khusus. Tapi masih bisa kita temui ikan-ikan yang unik bentuknya. Bahkan seolah memiliki penerang di kedalaman itu.

Atau yang dulu sempat heboh di kawasan Jl.Ganesha yaitu burung kowak. Bahkan di Salman para pengurus sampai ramai membicarakan. Mendatangkan semua ahli dari biologi, kebun binatang, kesehatan, ahli agama, dan digelar pertemuan besar untuk bersama menemukan solusi untuk mengusir kowak yang sudah merajalela. Pohon-pohon jadi kering, jalanan bau, para penjual makanan protes dsb. Tapi sekarang, coba kita lihat. Ternyata hilang dengan sendirinya tuh. Pohon kembali hijau, bau-bau fosfor berpadu amis dari ikan makanan kowak pun semakin berkurang. Tingkat ke”putih”an jalanan dan mobil-mobil malang yang sering mendapat “cat” gratis juga semakin menurun. Dari hal ini saya bersama seorang teman berdiskusi dan sampai pada kesimpulan. Memang alam ini akan memperbaiki dan menyeimbangkan dirinya sendiri.

Hanya karena manusia merasa terganggu atau tidak sanggup untuk berada di dalamnya maka beramai-ramai lah mereka berpikir bagaimana caranya supaya saya bisa enak tinggal di bumi ini. Jadi rekan-rekan semua, tak perlu lah kita berbangga diri dengan usaha kita “menyelamatkan alam”. Alam dengan sendirinya akan baik dengan sendirinya. Hal itu semua kita lakukan pada dasarnya untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Kita tebar kebaikan, kebaikan kita panen. Keburukan kita sebar, celaka akan menghampiri.

Langit dan bumi diciptakan oleh Allah bukan sia-sia, tetapi untuk kepentingan manusia (Luqman:30)

6 Responses

  1. kita hidup bersama alam,,kita hidup di alam malah,,celakanya manusia yang hidup di alam punya banyak kemauan “itu-ini” yang pastinya berdampak pada alam atau menagih kenyamanan sehingga sedikit rada (padahal banyak) merusak alam,,,alam memang akan menyeimbangkan dirinya sendiri sekuat apapun goncangan terhadapnya,,,tapi seperti apa setelahnya (keseimbangannya) kita hanya bisa memprediksi tidak memastikan (kecuali dengan usaha) dan hanya manusia yang dianggap “di luar” sistem keberjalanan alam karena mampu mengelola/merusak/memusnahkan/mengkonservasi/dsb alam.
    dan karena itulah alam menjadi tugas manusia untuk dikelola sebagai salah satu tugas KHALIFAH FIL ARDHL ,,,
    biarlah alam menyeimbangkan dirinya sendiri,,,namun juga dengan sepengetahuan manusia untuk nantinya bisa dikelola manusia dalam maksud untuk kesejahteraan manusia yang numpang di bumi dan kelestarian semuanya (sustainability manusia dan alam),,,

  2. Ya pasti perlu lah Baks… . Alam perlu konservasi. Riset kecil yang gw lakukan dalam mengikuti lomba imagine cup (www.imaginecupindonesia.com) menunjukkan bahwa perubahan tempratur yang terjadi dalam 5 dasawarsa terakhir disebabkan oleh aktivitas manusia: industri, transportasi, energi, dll. Perubahan satu hingga dua derajat lagi suhu global dunia bisa menyebabkan ribuan spesies mati!

    This ain’t just about human. Alam butuh konservasi! Of course. With no doubt! I could offer you a dozen reference to this statement.

    Eiya, font blog lo kayanya kekecilan euy, agak susah bacanya.

  3. KoNvErSI???
    yAnG pASti KoNvErSi BeRpEngArUH tERhAdaP aLaM…
    sEbAgai MaNuSiA yaNG PeDulI tERhAdAp LingKUnGan BaNyAK yAnG hArUS dIcErMaTI dAn pErLu mElAkUkAN PErUbAhaN..

  4. hutan udah pada gundul semua….sekarang pada bingung mau diapain lg???pdhal nanem tanaman tuh ga lngsung nongol jadi GD…butuh waktu lama bgt.lha nek dalam masa menanti tu trjadi banjir utawa longsor gimana…wah berabe jadinya….knp skg baru mau brpikir??
    dulu pas ngegundulin tu hutan yg dipikir duit melulu x.hehe..pepatah brkata:lebih baik terlambat dripd tdk sama skali…wakkaa…sbelum ditanem dah banjir n longsor dulu piye jadinya…??
    lam kenal dari cah borneo…

  5. jangan sampai dunia bawah laut pun ikut tercemar jadi kita harus bisa merawat dan menjaga k’indaha alam bawah laut itu OCE. . .

  6. ga pake konservasi pun, akan ada spesies yang bisa bertahan. mungkin bakteri seperti yang di deket kawah tu.

    yang sebenernya kita lakukan atas nama “konservasi”, adalah memperpanjang usia peradaban makhluk yang namanya manusia. intinya, save ourselves.

    kayaknya iwan baru nonton dokumenter yang kesimpulannya mirip ini. earth, power of the planet #5, he3

    gw punya versi HDnya wan, mau ngopi?

Leave a reply to jalanterjalmendaki Cancel reply